Jumat, 28 September 2007

Bicara "SAWIT Artinya Bicara "BENCANA".....!!!

Makin tingginya permintaan akan minyak sawit dunia, membuat kita untuk memulai berbicara bencana bagi lingkungan alam dan juga bagi kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan akan minyak sawit dunia mendorong untuk penambahan jumlah luasan perkebunan kelapa sawit dan ini akan berimplikasi pada kerusakan lingkungan (hutan, air,tanah dan lainnya) dan akan membawa bencana pula bagi kehidupan masyarakat, seperti banjir, tanah longsor serta bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Dengan masuknya perkebunan kelapa sawit artinya akan memasukkan kaum penjajahan baru dalam bentuk penindasan ekonomi dinegeri sendiri.

Dengan dibukanya perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran berarti menghilangkan ekosystem dan semua aspek kehidupan masyarakat adat yang sangat dikenal arif dengan lingkungan sekitar. Yang dulunya kita hidup dari hasil-hasil hutan dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, seperti berkebun, berladang, bertani dan sebagainya tapi sekarang kita diancam dengan masuk pembangunan yang tidak berpihak pada masyarakat dan kita akan menghilangkan segala aspek sumber kehidupan yang kita miliki secara turun-temurun. Dan kita harus mengingat kembali dari sejarah masyarakat adat sejak jaman Nenek moyang kita dulu bahwa ”Masyarakat hidup bukanlah dari perkebunan kelapa sawit”. Dan dengan masuknya perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran juga akan menimbulkan berbagai macam persoalan-persoalan yang nantinya akan bisa menghadirkan serta memunculkan konflik horisontal antar sesama masyarakat.

Perkebunan kelapa sawit adalah pembangunan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat (versi pemerintah dan investor), tapi pada kenyataan riil yang dilakukan adalah semata-mata hanyalah demi sebuah kepentingan segelintir orang saja.

Bicara sawit berarti kita berbicara penindasan yang terjadi atau yang ditimbulkan dalam kehidupan masyarakat. Inilah yang sedang terjadi dan yang akan kita hadapi di masa-masa yang akan datang. Dimana pemerintah dan pengusaha dengan sengaja telah mengkondisikan masyarakat agar menjadi tertindas dalam segala bentuk, baik ekonomi, budaya, politik dan keamanan. Mereka bisa memangsa apa saja termasuk aparat penegak hukum, Polisi, Pengadilan, demi keamanan berinvestasi yang kondusif. Dan bahkan mampu melakukan intervensi-intervensi dalam perumusan kebijakan, membuat dan merubah undang-undang yang berpihak pada kepentingannya.

Pembukaan perkebunan kelapa sawit skala besar otomatis akan membabat habis semua yang ada dilokasi lahan yang luasnya hingga ribuan bahkan bisa mencapai jutaan hektar dan yang semula disitu ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan, binatang, sungai yang sudah terkolaborasi sejak puluhan bahkan ratusan tahun lamanya, dengan sekejap mata saja akan berubah menjadi hamparan hijau tanaman kelapa sawit yang hanya hidup satu jenis saja dan ini akan membuat ekosistem (rantai kehidupan) masyarakat menjadi rusak serta budaya-budaya lokal yang selama ini di kenal arif dengan masyarakat akan hilang.

Mengingat begitu besarnya dampak dari perkebunan kelapa sawit bagi keutuhan lingkungan dan kehidupan manusia maka kita bisa berpikir ulang seribu kali untuk menerima masuknya perkebunan kelapa sawit skala besar serta budaya-budaya baru yang akan menghilangkan segala macam jenis tumbuh-tumbuhan asli.

Dalam kontek gerakan lingkungan tantangan yang semakin besar dimasa-masa yang akan datang, mengharuskan kita untuk melakukan reposisi, artinya gerakan lingkungan menjadi gerakan sosial. Ini adalah salah satu langkah persiapan untuk menghadapi dominasi pasar dan globalisasi dimasa yang akan datang. Karna pemerintah tidak lagi mempunyai fungsi sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat, karna perannya telah dihilangkan oleh arus globalisasi dan pasar bebas. Oleh karna nya, mulai sekarang kita perlu merapatkan barisan, agar komunikasi dan kesadaran hak atas lingkungan bisa terjalin dan kian dieratkan.

Sebagai aktivis gerakan peduli lingkungan, atau siapa pun dia maka secara bersama-sama mencoba untuk membangun kekompakan dan persatuan yang berasal dari bawah (basis bawah) guna melawan penindasan dan penjajahan baru yang selama ini terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian kita wajib secara bersama-sama mulai BELAJAR bagaimana caranya memberdayakan semua potensi sumber daya alam yang kita miliki, bagaimana bekerjasama dengan warga lain untuk menciptakan persatuan dan kebersamaan dalam sebuah gerakan lingkungan, menyatakan sikap kita secara transparan kepada sesama masyarakat tertindas, mempengaruhi kebijakan resmi yang tidak berpihak pada masyarakat dan belajar menghadapi lawan atau musuh bersama yang juga merupakan hambatan sebuah gerakan dan perjuangan masyarakat. Kita jangan tinggal diam, karna ”DIAM SAMA ARTINYA MEMPERPANJANG GARIS PENINDASAN”.

Perkebunan kelapa sawit yang berkembang di indonesia sekarang ini membawa kita untuk menuju sebuah pederitaan yang berkepanjangan jika itu tidak mulai sekarang kita secara kolektif untuk tindak bersama dan sadar atas hak-hak kelola kita, kita sedang berhadapan dengan sebuah sistem yang nyata-nyata mebodohi serta merusak lingkungan dan hutan/lahan kita. Salah satu solusi untuk berjuang mempertahankan hak-hak atas sumber daya alam kita yaitu mulai dari kesadaran hati nurani kita sendiri, kita tidak bisa selalu berharap penuh dari uluran-uluran tangan orang lain yang membantu kita tetapi melainkan kita munculkan dari kesadaran diri kita sendiri bahwa kita sedang ditindas.

Tidak ada komentar: